Papsmear merupakan salah satu cara yang efektif untuk mendeteksi terjadinya kemungkinan serangan kanker serviks yang dapat mengganggu kesuburan dan bahkan berpotensi menyebabkan kematian bagi penderitanya. Metode test papsmear dilakukan dengan cara memasukkan speculum ke vagina pasien untuk mengambil sample dari serviks atau mulut rahim. Namun demikian, terdapat beberapa hal yang sebaiknya dilakukan sebelum melakukan test papsmear. Berikut ini beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan test papsmear yang saya olah dari berbagai sumber, yaitu:
- Menstruasi yang masih dialami akan menyebabkan pemeriksaan papsmear menjadi kurang optimal. Sebaiknya test papsmear dilakukan dalam kurun waktu 5-7 hari pasca berhentinya menstruasi agar leher rahim atau serviks bersih dari sisa darah haid.
- Kebersihan vagina. Jaga kebersihan liang vagina dari kontaminasi benda atau zat kimia apapun, termasuk diantaranya tampoon atau obat-obatan vagina, jeli untuk KB, pembersih kewanitaan baik semprot ataupun sabun. Hindari juga mandi dengan berendam dalam larutan sabun. Apabila mengalami keputihan patologis, jelaskan juga kepada ahli medis mengenai keluhan yang menyertainya. Mungkin saja dokter akan mengambil tindakan yang diperlukan agar hasil test papsmear tidak terkontaminasi.
- Terapi pengharum. Hindari juga melakukan papsmear setelah melakukan terapi perawatan vagina yang menggunakan penguapan atau aroma terapi karena bisa saja masih menyisakan bekas ramuan tradisional atau residu kimia yang bisa mempengaruhi efektifitas papsmear test.
- Hubungan seks. Hindari melakukan hubungan seks ketika akan melakukan test papsmearĀ karena dapat menyebabkan kontaminasi hasil pembacaan laboratorium, termasuk juga diantaranya apabila menggunakan kondom. Kondom juga mengandung cairan lubricant yang dapat mempengaruhi hasil papsmear.
Akan lebih baik apabila test papsmear ini dilakukan secara rutin dalam rentang waktu minimal satu kali dalam satu tahun untuk memperkecil resiko serangan kanker serviks ataupun infeksi virus HPV (Human Papilloma Virus). Resiko ini akan semakin besar bagi mereka yang memiliki profesi sebagai pramuria yang kerap berganti-ganti pasangan.
Semoga bermanfaat.
Tinggalkan Balasan