Sebegitu Susahnyakah untuk Sekedar Tersenyum Manis?

mengatakan-maaf

Hari saya sedang mengerjakan project saya yang sudah mendekati deadline di salah satu resto siap saji di kawasan Gatsu-Denpasar. Saya memilih bekerja disini karena support colokan listrik jika sewaktu-waktu batere laptop saya habis, dan juga karena pastinya saya tidak akan bisa bekerja di rumah (Ibu di rumah berarti full milik Kakak Una dan Ade, tidak boleh pegang laptop).

Tapi bukan itu sebenarnya yang saya mau ceritakan. hahaha… Jadi saat saya lagi fokus bekerja, datanglah sekelompok anak-anak kuliahan sepertinya. Mereka sudah memesan makanan, dan membawanya untuk duduk di sebelah meja saya. Meja yang saya duduki terdiri atas empat kursi dan kebetulan kursi yang di depan saya biarkan kosong dan agak masuk ke dalam meja. Mereka sudah menata makanan di mejanya dan salah seorang dari anak-anak tersebut tiba-tiba menaruh nampan yang mereka gunakan untuk membawa makanan tadi dengan agak membanting di kursi di depan saya tadi. Tentunya saya menoleh ke meja mereka. Saya tidak mengucapkan apa-apa kok. Karena ada satu anak yang langsung menegur temannya lewat tatapan agar memindahkan nampan tadi. Dan anak yang menaruh nampan tadi terlihat agak memberengut ditegur oleh temannya sendiri.

Saya diam dan kembali fokus ke pekerjaan saya. Dan mereka kembali melanjutkan makannya. Saya menganalisa dalam hati sebegitu susahnyakah sekedar tersenyum manis dan meminta ijin. Meja dan kursi ini memang bukan milik saya, semua orang boleh kok bergabung dengan saya di meja saya. Tapi bagi saya, ya kurang sopan jika kita tanpa tedeng aling-aling langsung membanting nampan di kursi di meja yang sudah ditempati orang lain. Tidak susah kok, sekedar tersenyum manis dan bilang “maaf mba, ikut nitip ini ya”. Kan enak didengar dan dilihat.

Saya jadi teringat buku cerita Kakak Una, yang isinya pun setiap hari saya praktekkan bersama Kakak Una yang berjudul “3 Good Habbits”, bahwa ada 3 kebiasaan sederhana yang sering dianggap sepele yang harus dibiasakan kepada putra-putri kita sedari kecil yaitu: belajar mengatakan tolong, belajar mengatakan maaf, dan belajar mengatakan terima kasih. Karakter dimulai dari pembiasaan. Karakter sopan dimulai dari pembiasaan untuk berbuat yang sopan.

Anak ini tidak saya tegur, karena kasian sudah ditegur sama temannya, nanti mood makannya hilang. Mungkin dia tergesa-gesa karena sudah lapar?

Be the first to comment

Tinggalkan Balasan