Antara hamil, melahirkan, dan pasca melahirkan, saya harus lebih menyiapkan mental untuk menghadapi kondisi pasca melahirkan. Saya menemukan dua kondisi yang benar-benar butuh penataan mental yang kuat.
- Baby Blues. Itulah kondisi pertama yang yang harus saya hadapi baik pasca melahirkan Una ataupun Ade. Baby blues adalah kondisi gangguan mood yang dialami ibu pasca melahirkan. Kondisi ini adalah kondisi normal dan sering terjadi hingga kisaran 80% bagi ibu melahirkan. Pada saat melahirkan Una saya mengalami kondisi dimana saya tidak ikhlas bayi Una dipegang oleh siapapun. Sebagai ibu baru saya tidak bisa mempercayai siapapun memegang anak saya bahkan kakek-nenek Una. Saat kakek-nenek Una mengambil Una tanpa ijin ke saya, rasanya kesel banget. Dan saat Ade lahir saya tidak ikhlas Una (bukan Ade) dipegang oleh orang lain. Saya merasa saya mampu mengurus dua anak sekaligus. Rasanya sangat tidak nyaman saat Una dipisahkan dari saya walaupun sebentar, dan saya diminta fokus untuk merawat bayi Ade. Syukurnya kondisi ini tidak berlanjut menjadi depresi post-natal.
- Banyak yang nyinyir. Pasca melahirkan kita akan bertemu banyak tipe-tipe orang nyinyir. Saat ada ibu yang melahirkan secar akan ada yang nyinyir bahwa melahirkan secar itu tidak keren. Saat ada ibu yang memilih menjadi ibu ASI akan ada yang nyinyir takut banget ngeluarin uang buat anak sendiri. Saat ada ibu yang memilih memberikan susu formula akan ada yang nyinyir kok males banget ga mau kasi anaknya ASI. Fiuhhhh… Serba salah ya jadi emak-emak…
Di saat seperti ini, yang saya lakukan adalah memanajemen pikiran, mengolah rasa, dan berdamai dengan hati, serta berusaha melihat segalanya secara positif. Yang terpenting adalah pendampingan dan pengertian dari suami atas kondisi dan pilihan yang kita ambil. Bapaknya anak-anak bisa memberikan pengertian kepada saya dan juga kakek-nenek Una atas keputusan kami terhadap anak-anak kami. Jadi semua terkompromikan dan saya bisa menjadi ibu yang berbahagia.
Tinggalkan Balasan