Orang Tua, Faktor Utama Keberhasilan Meminimalisir “Gadget” pada Anak

gadget-dan-anak

Kekinian, kata yang tepat untuk telepon seluler (ponsel) pintar atau yang lebih sering diistilahkan dengan gadget (gawai). Bangun tidur yang pertama kali dicek adalah gadget, menjelang tidur yang dilihat adalah gadget, bahkan disela istirahat kerja pun yang dipantau adalah gadget. Tidak ada yang salah memang, karena gadget memang sangat dibutuhkan di era milenia ini. Arus informasi dan teknologi bergerak cepat dan berkembang pesat dengan bantuan gadget. Gadget akan berdaya guna bagi kita yang berada pada usia produktif sepanjang tahu pemanfaatannya dengan optimal. Nah bagaimana untuk anak-anak, terutama yang sedang berada pada masa golden age-nya? Tepatkah gadget diberikan porsi lebih dalam pengasuhan anak?

Dengan alasan membuat anak tenang dan orang tua dapat beraktivitas kita memberikan gadget kepada anak-anak. Memang di dalam gadget ada banyak aplikasi pembelajaran untuk anak-anak yang digadang-gadang mampu menstimulasi kecerdasan anak. Ada banyak game dan video anak yang bisa dimainkan dan ditonton anak-anak yang katanya mampu membuat anak bahagia. Tapi dibandingakan manfaatnya jauh lebih banyak efek negatif pemberian gadget pada anak. Pertama, susah tidur, sakit mata, dan radiasi adalah contoh efek negatif pada fisik anak yang berlebihan dalam penggunaan gadget. Kedua, keasyikan di depan gadget membuat anak pasif dalam bergerak, sehingga obesitas pada anak mengintai. Ketiga, anak menjadi kurang mampu bersosialisasi secara langsung sebab lebih sering bersosialisai via aplikasi. Keempat,  kemampuan berkonsentrasi dan daya ingat anak menjadi kurang sebab terbiasa cepat dalam memperoleh informasi yang berimbas pada terlalu cepatnya dalam memproses informasi tanpa melihat keabsahan informasi tersebut. Dan terakhir, anak menjadi lamban dan tidak bisa mandiri dalam berolah pikir untuk menyelesaikan permasalahan sebab tergantung kepada gadget. Hasil edukasi dari gadget tidak akan bertahan lebih lama dalam memori anak dibandingakan penemuan sendiri yang dilakukan anak.

Dari beberapa efek negatif tersebut, tentunya bisa dipahami bahwa gadget bukanlah suatu yang urgensi kita berikan terlalu dini dengan porsi lebih pada anak. Para penggiat gadget kaliber dunia selevel Bill Gates dan Steve Jobs saja melarang penggunaan gadget pada buah hati mereka, karena mereka sudah paham betul dunia anak itu haruslah di dominasi oleh orang tuanya bukan gadget. Jadi kunci penting dalam meminimalisir penggunaan gadget pada anak adalah kita sebagai orang tua. Saat menemani anak terutama yang masih balita, sebaiknya kurangi penggunaan gadget, sehingga anak merasa diperhatikan dan dia tidak beralih mencari kenyamanan pada gadget. Untuk balita, pilihkan permainan edukatif sederhana non-gadget untuk dimainkan bersama. Seperti mewarnai, bermain petak umpet, main masak-masakan atau sejenisnya yang tidak perlu melibatkan gadget. Dan yang terpenting dari semua itu adalah ikutnya kita terlibat dalam permainan tersebut. Karena alat bermain terbaik bagi anak-anak bukannya mainan yang terbaru, bukannya permainan yang mahal, bukannya permainan yang canggih, tetapi kita orang tuanya.

Bagaimana dengan orang tua yang bekerja? Kita tidak bekerja 24 jam dalam sehari bukan? Jadi mari konsisten siapkan waktu minimal satu jam sehari sebagai permulaan untuk menemani anak bermain tanpa mereka ataupun kita menyentuh gadget sama sekali. Tidak susah bukan, demi masa depan anak-anak kita. Jikalaupun kita ingin mengenalkan gadget pada balita, sebaiknya mereka jangan diijinkan untuk memegang gadget itu sendiri, kitalah yang memegang gadget itu, sehingga kita dapat memantau apa yang dicari anak digadget, dan juga ajak anak berdiskusi tentang apa yang ditontonnya. Hal ini akan membuat anak berada dalam kontrol yang benar dalam penggunaan gadget. Ini pun bisa diterapkan selama anak ditinggal bekerja dengan cara mengedukasi pengasuh mengenai aturan penggunaan gadget yang kita terapkan.

Untuk anak yang sudah bersekolah, kita bisa mulai menerapkan aturan waktu penggunaan gadget, sebaiknya hanya 2 jam sehari sebelum berusia 14 tahun. Adakan zona bebas gadget di beberapa area rumah, seperti ruang makan atau kamar tidur. Kamar tidur penting menjadi salah satu area bebas gadget, agar kita tetap bisa memantau anak saat menggunakan gadget. Dampingi anak selama menggunakan gadget dan ajak berdiskusi mengenai konten yang dicarinya. Yang berarti dalam hal ini orang tua harus lebih melek teknologi ya. Ajari etika berinternet kepada anak-anak agar mereka paham bahwa dimanapun sopan-santun itu penting.

Dari paparan tersebut, dapat disimpulkan tidak ada satupun penggunaan gadget untuk anak yang tidak melibatkan orang tua secara langsung. Karena memang orangtua-lah faktor penting dalam meminimalisir penggunaan gadget pada anak-anak. Gadget penting, tapi untuk anak-anak belum menjadi hal yang mendasar. Jika ingin mengenalkan gadget pada anak maka orang tua tidak boleh melepas sepenuhnya gadget pada anak tanpa kontrol ketat. Perlu diingat bahwa anak mencontoh orang tuanya. Jadi jika ingin anak berkurang pemakaian gadget-nya, maka kita sebagai orang tua pun harus meminimalisir penggunaan gadget kita.


Artikel diterbitkan di harian Denpost pada hari Selasa, 30 Januari 2018 (halaman 5)

Be the first to comment

Tinggalkan Balasan