Jangan Lupa untuk Menjadi Ibu yang Berbahagia

ibu-bahagia
Setelah menjadi seorang ibu, saya mengamati fenomena di lapangan mengenai cara seorang ibu memantaskan dirinya menjadi seorang ibu. Yang oleh beberapa ibu disalahkaprahkan menjadi ajang mencari pembenaran diri dengan cara mengeluh ataupun mengejek yang ujung-ujungnya menjadi debat kusir tak berkesudahan.
 
(1) Akulah yang Paling Menderita
Di satu sisi si A seorang ibu rumah tangga yang full di rumah mengatakan “kami capek di rumah, pekerjaan ibu rumah tangga itu tidak ada habisnya, enakan ibu bekerja bisa ketemu teman setiap hari untuk curhat”. Di sisi lain si B seorang Ibu yang memiliki pekerjaan kantoran, mengatakan “Enak ya ibu yang di rumah, bisa ketemu anak setiap hari, bisa ngeliat perkembangan anak setiap detik”.
 
(2) Akulah yang Paling Super
Ada ibu bekerja menganggap dirinya hebat, karena dia bisa bekerja sembari mengurus keluarganya, dan merasa berhak untuk mengatakan “Kasian sekali ibu yang full tinggal di rumah, tidak bisa bersosialisasi, tidak bisa memiliki penghasilan sendiri”. Atau ada ibu yang full di rumah mengatakan,”Kasian ibu bekerja itu, pendidikan tinggi-tinggi tapi anaknya di asuh pembantu”.
 
Pendapat saya: saat kita saling mengklaim diri yang paling menderita ataupun diri yang paling super, maka saat itu yang menjadi kekhawatiran saya adalah anak-anak. Karena menurut saya, dengan memposisikan diri sebagai ibu yang menderita atau ibu yang super maka kita belum merasa berbahagia dengan kedudukan kita sebagai ibu. Buktinya kita masih merasa menderita atau sebaliknya kita merasa bisa mengejek ibu lainnya karena kedudukan kita.
 
Bagaimana anak-anaknya akan tumbuh menjadi anak yang bahagia jika kita sebagai ibu sendiri tidak bisa berbahagia dan menghargai peran kita. Anak-anak akan menjadi orang yang sukses (tidak melulu dalam artian materi dan jabatan) bila mereka diasuh oleh ibu yang berbahagia. Ibu yang berbahagia adalah ibu yang menikmati perannya sebagai ibu. Bukan ibu yang selalu melirik tetangga.
 
Memilih menjadi fullathome-mommy ataupun working-mommy pastilah telah melewati berbagai pertimbangan yang tidak gampang. Hargailah pilihan kita dan hargai pulalah pilihan ibu lain. STOP merasa diri paling menderita dan STOP merasa diri paling super sehingga berhak mengejek orang lain. Dan yang terpenting JANGAN LUPA BERBAHAGIA.
 
——————————
Ditulis oleh seorang Ibu Dua Putri. Ibu yang ngantor hanya 6 jam/hari dan sisanya dinikmati sebagai full ibu rumah tangga.

Be the first to comment

Tinggalkan Balasan