Ijinkan Anak untuk Melakukan Kesalahan

Diawali dari pertanyaan beberapa teman, terutama mengenai kenapa saya membiarkan Una memakai baju terbalik seharian (fotonya pernah saya upload di instagram), dan beberapa pertanyaan lainnya berkaitan cara saya mengasuh Una/Ade yang tidak terlalu berdisiplin tetapi mereka tetap memiliki keteraturan dalam kesehariannya (menurut pendapat teman yang mengamati Una). Kami (Apak dan Ibu Una) masih harus belajar banyak bersama Una (dan juga Ade) untuk berkompromi dalam keseharian kami. Semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua.


Penulis: Ika Desi Budiarti; Terbit di: DENPOST; Tanggal: 1 September 2016

.

Ijinkan Anak untuk Melakukan Kesalahan

Kenakalan-kenakalan remaja yang marak berkembang dewasa ini bak fenomena bola salju, kian hari kian bertambah banyak dan semakin menjadi-jadi. Pencurian, kekerasan, balap liar, pemerkosaan, mabuk-mabukan, pornografi, narkoba, tawuran, penculikan oleh teman dari media sosial, dan berbagai kasus lainnya sudah berada pada tahap kenakalan yang tidak bisa diamini sebagai kewajaran perilaku seorang remaja. Banyak aspek yang merupakan sumber serta pendukung terjadinya kenakalan remaja. Salah satunya adalah kurangnya rasa nyaman terhadap orang tua.

Rasa nyaman bersama orang tua tidak serta merta diperoleh saat anak beranjak remaja, akan tetapi dipahami anak sedari kecil. Hal-hal sepele yang tidak kita sadari sering kita lakukan, ternyata dapat mengurangi rasa nyaman dalam relasi antara anak dan orang tua. Tidak tega melihat kesalahan anak saat saat anak masih kecil, ternyata memiliki imbas terhadap anak di masa perkembangan mereka selanjutnya.

Sebagai orang tua, kita seringkali tidak tega saat anak melakukan kesalahan. Sesepele misalnya kekeliruan dalam belajar dalam memakai baju atau belajar dalam memakai kaus kaki. Agar penampilan anak sempurna, dengan sigap kita perbaiki kesalahan anak tersebut. Secara tidak langsung kita sudah menuntut kesempurnaan kepada anak kita yang masih kecil.

Saat kita selalu langsung memperbaiki kesalahan-kesalahan kecil anak, maka tindakan ini akan membuat anak cenderung takut mengambil keputusan, karena pilihannya dianggap salah sebab selalu kita perbaiki. Efek sampingnya adalah anak yang menjadi kurang percaya diri, suka berbohong, dan tidak bercerita kepada orang tua dengan nyaman, karena anak takut untuk berbuat salah di mata orang tua.

Lebih jauh lagi, tindakan sepele yang tidak kita sadari sering kita lakukan ini, akan membuat anak mencari rasa nyaman dari orang lain. Dari orang yang tidak mempermasalahkan kesalahan-kesalahannya. Yang berbahaya adalah jika rasa nyaman itu datang dari orang lain yang memiliki niat menjerumuskan anak kita ke hal-hal yang negatif.

Oleh karena itu, sebagai orang tua kita harus belajar untuk menerima kesalahan anak saat balita. Kita harus menyadari tidak semua anak sekali belajar akan langsung bisa menguasai kecakapan yang dibutuhkannya. Saat mereka balita kesalahan-kesalahan yang dilakukan hanyalah kesalahan kecil. Tidak perlu bumbui kesalahan mereka dengan omelan, teriakan, bahkan hukuman fisik yang berlebihan. Karena akan membuat anak kita menjadi kehilangan kepercayaan diri sekaligus rasa nyaman mereka terhadap kita, orang tuanya.

Rasa nyaman diperoleh dari adanya penghargaan, keterbukaan, ketegasan, serta kekonsistenan orang tua terhadap setiap tingkah laku anak. Menghargai sekecil apapun usaha anak, jujur dalam memberi sanjungan, tidak berlebih dan tidak membatasi diri dalam menghargai anak. Terbuka terhadap kesalahan, dalam artian bersedia saling memaafkan dan berusaha memperbaiki, baik yang dilakukan anak ataupun orang tua, sekecil apapun itu akan bisa menciptakan rasa nyaman dalam hubungan anak dan orang tua.

Saat mereka melakukan kesalahan, ajak anak untuk menghadapi kesalahannya dan ajari untuk bertanggung jawab terhadap kesalahan mereka. Ajak mereka untuk menemukan solusi untuk memperbaiki kesalahan yang diperbuat ketimbang meneriaki mereka. Lebih baik anak berbuat banyak kesalahan dimasa kecilnya, yang berarti mereka memiliki kesempatan lebih banyak untuk belajar memperbaiki kesalahannya, daripada anak yang selalu sempurna, tetapi saat sekali melakukan kesalahan mereka tidak tahu cara menangani dan mengontrol situasi karena tidak terbiasa.

Be the first to comment

Tinggalkan Balasan