Selasa, 13/10/20. Dari Bali melancong ke Papua Barat diundang langsung oleh Bu Dolfan, Duta Rumah Belajar Papua Barat 2018. Berkaloborasi dengan Sahabat Rumah Belajar Papua Barat dalam kegiatan Gebrakan Betatas Merah yang merupakan akronim dari Gerakan Berani Dalam Pendidikan, Belajar Tanpa Batas Meraih Harapan. Saya mendapat sahabat baru, saudara baru yaitu guru-guru hebat daru Papua Barat. Ada Bu Nengsi, Pak Hesbon, Pak Berlin, dan Bu Novita. Dan yang spesial, bintang tamu di kegiatan ini adalah ibu Iriany Hasan, Duta Rumah Belajar Maluku Utara Tahun 2018.
Sesi sharing dibuka dengan manis dan oleh moderator Ibu Novita. Smart Apss Creator adalah materi pertama yang disampaikan oleh Pak Berlin. Beliau mengajak peserta melihat tutorial secara langsung pembuatan media pembelajaran mata pelajaran PJOK dengan memanfaatkan aplikasi tersebut. Selanjutnya ada Ibu Nengsi yang menyampaikan praktik baik pemanfaatan TV Edukasi, dan bagaimana cara beliau menemani siswa dalam belajar selama situasi pembelajaran jarak jauh ini. Pengalaman yang sangat berharga, karena saya melihat langsung paparan langsung perjuangan rekan-rekan SRB Papua Barat dalam keseharian bersama siswa. Bahkan dalam sesi ini pun butuh perjuangan bagi Bapak/Ibu Guru hebat ini, beberapa kali terlempar dari room meeting. Pak Hesbon contohnya, yang sama sekali tidak berhasil masuk room karena terkendala sinyal.
Smart Apps Creator pada Mata Pelajaran PJOK
Senyum Bahagia Siswa Bu Nengsi
Saya sendiri berkesempatan memaparkan salah satu praktik baik terkait flipped classroom yang berbasis budaya Bali yaitu Ceniga Bali. Yaitu bagaimana pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran bisa dilakukan secara beriringan dengan pengenalan budaya. Memasukkan pendekatan budaya lokal kedalam pembelajaran yang berbalut teknologi, akan tetapi masih bisa berpusat kepada siswa, tentunya dapat mengajak siswa menemukan AHA sensation dari konsep apa yang akan mereka bangun. Penekanan saya sebenarnya tidak jauh berbeda dengan penyampaian pemateri sebelumnya, yaitu bagaimana anak dapat belajar yang bermakna dan menyenangkan sesuai dengan situasi lingkungan sekitarnya.
Flipped Classroom Berbasis Budaya Lokal Bali
Seperti yang sudah saya prediksi dari awal. Saya yakin saya akan mendapat banyak inspirasi dari cerita dan perjuangan rekan-rekan di Papua Barat. Bagaimana mereka melayani siswa dengan hati ditengah keterbatasan infrastruktur. Ibu Nengsi yang datang ke rumah-rumah siswa di kawasan Sorong, mendownloadkan video dari sumber belajar, membuatkan modul, menurunkan standar capaian, tapi senyum bahagia dalam setiap kebersamaan bersama siswa tak pernah lepas. Atau pengalaman Bunda Iriany Hasan mengenalkan dan membersamai guru-guru lintas pulau di Maluku Utara, yang bahkan saat sesi berlangsung beliau masih tertahan di salah satu pulau, karena kapalnya hanya datang 2 kali dalam seminggu. Beliau-beliau ini menghadapi 2 tantangan secara langsung, infrastruktur dan penolakan untuk keluar dari zona nyaman. Saya saat ini hanya perlu menghadapi 1 tantangan yang terakhir saja di tengah kenyamanan akses dan potensi, yang bahkan di sekitar saya sudah mulai terpaksa terurai di tengah pandemi.
Kegiatan Berbagi Bu Iriany
Nah, maka temen-temen yang sudah beberapa kali bertemu di sesi webinar bersama saya tolong jangan bosan ya mendengar saya mengajak yuk kolaborasi menjadi kreator, dan yuk jalan untuk kita berbagi sudah disediakan bersama Rumah Belajar tidak hanya untuk sekitar tapi juga seluruh Indonesia.
Salam hormat dan salam sehat dari saya untuk semua pejuang pendidikan di Nusantara. Berikut rekaman lengkap sesi sharing ini.
[embedyt] https://www.youtube.com/watch?v=W75NSnPcaSE[/embedyt]
Tinggalkan Balasan