Gregetan dengan fenomena di sosial media, banyak yang menyebar berita hoax yang sudah jelas-jelas dari sumber tak terpercaya tapi tetap dishare juga. Kalo menurut istilah Bapaknya Una, revolusi mental itu bisa dimulai dari “revolusi jempol”, yaitu bijaklah dalam hal klik & share.
Penulis: Ika Desi Budiarti; Terbit di: DENPOST; Tanggal: 22 September 2016
.
Galakkan Budaya Membaca Mulai dari Lingkup Keluarga
Seringkali kita melihat di sosial media dimana penggunanya berdebat tanpa melihat urgensi masalah yang diperdebatkan. Atau juga banyak pengguna sosial media membagikan link dengan judul provokatif tanpa melihat isi dan ketepatan informasi dari artikel yang dibagi tersebut. Contoh ini menunjukkan kekurangmampuan kita dalam memahami dan menggunakan informasi secara cerdas. Jika hal yang kurang tepat ini dibiasakan, tidak memungkiri akan menciptakan konflik ke-aku-an terhadap pemahaman pribadi.
Kemampuan dalam mengakses, memahami, dan menggunakan informasi secara cerdas melalui berbagai aktivitas seperti membaca, melihat, menyimak, menulis, atau berbicara didefinisikan sebagai kemampuan literasi. Di era kekinian, literasi berkaitan erat dengan kemampuan memahami informasi secara cerdas, bukan sekedar adu argumen tanpa pemahaman yang jelas. Tapi kenyataannya saat ini, Indonesia berada pada kondisi darurat literasi, yang ditunjukkan salah satunya oleh rendahnya budaya membaca masyarakat Indonesia.
The Organization for Economic Cooperation and Develepment (OECD) merilis hasil penelitian bahwa budaya membaca masyarakat Indonesia, yang dalam hal ini objek penelitiannya adalah anak-anak usia sekolah, berada pada teringkat terendah diantara 52 negara di Asia. Menyikapi hal ini, pemerintah telah meluncurkan suatu gerakan dengan sasaran pertamanya adalah anak-anak penerus bangsa ini. Gerakan ini dinamakan dengan Gerakan Literasi Sekolah yang diharapkan untuk mendukung pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas. Semua stake-holder atau pemangku kepentingan dilibatkan dalam gerakan ini. Orang tua dan keluarga pun dilibatkan dalam gerakan ini.
Hal paling sederhana, akan tetapi berdampak besar terhadap keberhasilan gerakan literasi ini adalah pembiasaan. Tidak hanya di sekolah, di rumah pun anak dan orang tua harus membiasakan diri melakukan literasi, dimulai dari kegiatan literasi paling dasar, yaitu membudayakan membaca. Mulai dari membaca buku-buku yang disukai, semisal membaca novel, cerpen, majalah, komik pun bisa dilakukan. Jika di sekolah disediakan waktu khusus untuk melakukan kegiatan membaca sebelum kegiatan pembelajaran dimulai, maka di rumah pun orang tua hendaknya memfasilitasi kegiatan literasi ini. Menyediakan buku bermutu dan sesuai dengan tingkat pemahaman anak tentunya sangat berguna. Dan yang penting juga adalah pendampingan dari orang tua saat anak melakukan rutinitas membaca. Sediakan waktu khusus setiap harinya secara konsisten dan berkelanjutan agar anak membaca dan orang tua pun tahu apa yang dibaca anak. Bisa berdiskusi mengenai apa yang dibaca menjadi indikator suksesnya kegiatan membaca di lingkup keluarga
Saat anak terbiasa membaca, mereka akan mulai membaca dengan teliti, dan akan lebih bijaksana dalam mencerna dan memanfaatkan informasi. Dan lebih jauh tentunya diharapkan dengan terbiasanya anak membaca, anak akan berani mengungkapkan pemahaman dan pemikirannya tentang sesuatu dengan bertanggung jawab. Melalui membaca anak akan memiliki pandangan yang lebih terbuka, memiliki pemahaman yang lebih luas. Melalui membudayakan membaca, anak akan menjadi penerus bangsa yang sarat akan pemahaman dan ide-ide kreatif dari hasil membacanya.
Ingatlah slogan “Membaca Membuka Cakrawala Dunia”, dengan giat membaca anak akan lebih mudah mencerna dan menyerap informasi positif dari suatu informasi. Tidak menjadikan anak sebagai orang skeptis, pesimis, dan lebih berfokus kepada hal yang negatif dari sesuatu. Membaca akan mengarah ke kualitas hidup yang positif. Dan akan mengarah pula ke kualitas bangsa yang terdepan. Membaca buku bukan hal yang kuno, tapi membaca buku adalah budaya yang akan menjadikan kita manusia yang cerdas, elegan, dan berbudaya. Jadi mari galakkan budaya membaca, yang dimulai dari lingkup keluarga terlebih dahulu.
Tinggalkan Balasan