Mereka Belajar dari Hal yang Berantakan

Dalam pemahaman saya, setiap anak itu unik, kita tidak bisa serta merta menyamakan gaya bermain antara anak satu dengan yang lain, bahkan yang saudara kandung sekalipun. Mengenali gaya bermain anak itu penting bagi saya, karena akan membantu saya mengenali gaya belajarnya nanti. Kedua putri saya tidak terlalu fokus memainkan mainan sesuai fungsi aslinya. Mereka memiliki imajinasi berbeda-beda dalam setiap sesi bermain padahal menggunakan mainan yang sama. Sesekali potongan kardus bekas susu akan menjadi kartu ATM, bisa jadi esoknya menjadi kipas Janger, entah lusanya akan bercerita menjadi apa. Kok kardus bekas susu? Ya sejak mengenali gaya bermain Una (kakak), yang tidak terlalu fokus dengan fungsi asli mainannya, saya jarang membelikan dia mainan. Barang-barang bekas yang tidak terpakai di rumah jauh lebih menarik perhatiannya untuk menunjang cerita dalam imajinasinya.

Lain daripada itu, kedua putri saya akan mau bermain jika mainannya terjangkau oleh mereka sendiri. Una dan Ade sudah memiliki koleksi buku cerita walaupun mereka belum bisa baca. Pernah neneknya anak-anak merapikan bukunya anak-anak, sangat rapi. Alhasil seharian itu anak-anak melupakan bukunya, dan asyik minta saya maenin game di HP saya (anak-anak memang belum saya ijinkan untuk memegang HP sendiri) dan menonton di TV. Setelah bukunya saya taruh di tempat yang nyaman untuk mereka jangkau, mereka akhirnya mau kembali asik dengan bukunya. Begitu pula dengan mainan yang lain. Jadi mulai saat itu, segala maenan dan bukunya saya biarkan berserakan di kamar. Lumayan mereka bisa melupakan TV dan gadget. Dan yang terpenting adalah saya dan yang ngasuh juga ikut bermain bersama mereka.

Jadi bisa dikatakan rumah saya dirapikan sebersih apapun akan tetap jauh dari kata rapi. Hehehehe… Gaya bermain seperti ini memang membuahkan hasil dan cocok untuk Una terutama. Segala isi bukunya, padahal dia hanya mendengar saja, Una sudah bisa menceritakan kembali ke adiknya. Apakah Una dan Ade juga belajar tentang kerapian? Ya tetap, mereka saya kenalkan, walupun tidak rapi-rapi amat, karena saya pun orangnya tidak rapi-rapi amat kok.  Sore hari menjelang mandi, mereka saya ajak untuk memasukkan mainannya ke keranjang. Walaupun lagi sebentarnya akan diberantakin lagi, terutama kalau buku. Karena menjelang bobo adalah waktu yang paling mereka sukai untuk buka-buka buku. Dan sedari awal juga saya tekankan, termasuk ke Bapaknya anak-anak, bahwa kerapian akan menjadi nomor sekian dalam pola asuh saya. Karena mereka mau bermain dari hal yang berantakan, mereka belajar pula dari sana, dan imajinasinya berkembang dari hal tersebut.

Mainan terbaik bagi anak-anak adalah kita orang tuanya. Jadi meluangkan waktu bermain bersama anak-anak jauh lebih baik ketimbang membelikan mereka mainan terupdate, bahkan termahal sekalipun.

Be the first to comment

Tinggalkan Balasan